Selasa, 02 Desember 2014

Cara Menanggapi Ucapan Yang Mungkin Ditujukan Orang Lain Kepada Diri Kita, mengacu pada "Kakacupama Sutta - Majjhima Nikaya"



Oleh: Samanera Gunapiyo
 
Dalam kehidupan ini, kita sering kali mendengar omongan-omongan mengenai diri kita, baik itu perihal kebaikan yang telah dilakukan atau perbuatan cela yang sudah kita lakukan.

Dalam Majjhima Nikāya I.126 – Kakacupama Sutta, Buddha pun memaparkan bahwa ada lima kemungkinan ucapan yang dapat ditujukan orang lain kepada diri kita, mereka berbicara:
  1. Pada waktu tepat atau pada waktu tidak tepat (kālena vā akālena vā).
  2. Benar atau tidak benar (bhūtena vā abhūtena vā).
  3. Lembut atau kasar (saṇhena vā pharusena vā).
  4. Berhubungan dengan kebaikan atau mencelakakan (atthasaṃhitena vā anatthasaṃhitena vā).
  5. Disertai dengan pikiran cinta kasih atau benci (mettacittā vā dosantarā vā).
Jika menerima ucapan perihal yang baik, kita tentu saja bisa siap, malah bisa bersenang hati. Lalu bagaimana jika ucapan atau omongan yang tidak enak di hati dapat kita terima dengan baik? 

Pada sutta yang sama Buddha mengatakan,

Bila ada orang berbicara dengan lima macam ucapan itu, para bhikhu harus melatih diri mereka: 'Pikiran kami tidak akan terpengaruh, kami tidak akan mengucapkan kata-kata buruk dan kami akan tetap penuh kasih sayang demi kesejahteraan (banyak orang) dengan pikiran diliputi cinta kasih tak ada kebencian. Kami akan memancarkan pikiran cinta kasih kepada orang itu; kami akan meliputi diri dengan cinta kasih yang banyak, penuh dan tak terbatas tanpa kejahatan atau iri hati untuk semua makhluk di alam semesta ini, sebagai obyeknya.'

Dalam hal ini Buddha menekankan beberapa poin dalam menanggapi ucapan yang ditujukan orang lain kepada diri kita, yaitu:
  1. Pikiran tidak mudah terpengaruh. 
  2. Tidak mencaci dengan kata buruk kepadanya. 
  3. Senantiasa memenuhi diri dengan kasih sayang demi kesejahteraan makhluk lain dengan pikiran yang diliputi cinta kasih tak ada kebencian serta iri hati.
Itulah beberapa hal yang selayaknya seseorang latih dalam dirinya ketika menanggapi ucapan atau pembicaraan tidak menyenangkan yang ditujukan kepada dirinya.

Pada bagian akhir sutta tersebut Buddha menyatakan, Taṃ vo bhavissati dīgharattaṃ hitāya sukhāyā (hal ini cukup mensejahterakan dan membahagiakan anda semua).”