Rabu, 23 September 2015

Cahaya - Hidup ini singkat namun membekas


Cahaya - Hidup ini singkat namun membekas

Siapa yang benar-benar menyadari bahwa hidup ini sangatlah singkat. Kebanyakan kita menganggap hidup ini adalah perjalanan panjang, sehingga menikmati hidup dan bersenang-senang di dalamnya adalah sebuah keharusan yang harus kita kejar. Namun jauh di balik itu, ada sesuatu yang tersembunyi, ya hidup ini singkat. Hidup ini menjadi singkat karena kita tidak pernah tahu kapan kematian datang, dimasa-masa yang tidak pasti itulah kita harus mengisi waktu dengan sesuatu yang baik, agar di dalam ke-singkatan-nya ada sesuatu yang baik yang kita tinggalkan. Cahaya pun sama singkatnya dan membekas, demikian hidup laksana cahaya, yang singkat namun membekas.

Minggu, 06 September 2015

Mari Belajar Untuk Kehidupan yang Lebih Baik



Tangerang, Minggu (06/09/15) - Belajar adalah hal yang sangat penting bagi kemajuan hidup kita. Tanpa belajar kita tidak mungkin memperoleh pengetahuan, dan tidak mungkin dapat mengerti suatu hal. Konsep atau mental yang 'masa bodoh' merupakan penyakit yang mengakibatkan pada kematian. Kematian mental yang tidak akan pernah berkembang, atau kematian lingkungan tempat ia tinggal. Mengapa demikian?

Sering kali kita mendengar kata 'ya sudahlah, orang kemampuan saya cuman begini, mau bagaimana lagi.' Kalimat pernyataan demikianlah yang akan menjadi faktor utama kita tidak pernah berkembang, dan tidak pernah mengalami kemajuan di dalam kehidupan ini. Merasa cukup sampai pada titik itu, merasa sudah tidak bisa apa-apa, hingga pada akhirnya tidak mau belajar kembali. Itulah sebabnya, pernyataan berpuas pada keadaan tidak berlaku pada 'belajar', seseorang yang senantiasa belajar, belajar, dan terus belajar akan jauh lebih paham mengenai kehidupan ini secara luas. Alih-alih merasa cukup dengan yang ada, ia hanya bermalas-malas tidak ingin belajar kembali.

Hal berikutnya yang harus sering kali kita tekankan, terkadang kita merasa diri kita benar atau sudah baik. Akan tetapi itu hanya pandangan dari dalam 'inside', lalu bagaimana dengan pandangan dari luar 'out'? Pandangan dari luar pun harus kita dengar, untuk apa? untuk  perbaikan diri. Ya! ada orang yang tidak senang untuk dinasihati, diberitahu, atau bahkan dikritik. Orang dengan jenis seperti ini adalah orang yang akan selalu terpuruk di dalam kebencian, di dalam penderitaan, dan di dalam kebodohannya. Dalam Anguttara Nikaya - Vajirupamasutta, Buddha pernah mengatakan bahwa ada satu jenis manusia seperti hal demikian, yang di ibaratkan manusia dengan pikiran seperti luka mengangah Arukhupamacitta Puggala.  Artinya semakin ia tidak senang dinasihati, semakin ia membuat dirinya terluka lebar, semakin menderita dan semakin kesakitan. Layaknya luka yang mengangah, ketika di garuk maka lukanya akan semakin parah.

Untuk itulah, mari kita bersama-sama mengarahkan diri ini kearah yang lebih baik, dengan cara belajar, belajar, dan belajar. Dengan belajar seseorang akan memperoleh pengetahuan, dari pengetahuan yang diperoleh tersebut maka apa yang akan diucapkannya adalah apa yang baik, tidak sembarang omong asal bunyi. Akan tetapi ingat, belajar saja tidak cukup, untuk itu kita harus praktik kerendahan hati dengan cara, ketika dinasihati, ketika kita mendapat kritikan, dengarkanlah, terimalah, pelajarilah, dan kemudian berubahlah jika kita salah. Sehingga dengan demikian, harmonisasi akan terbangun didalam kehidupan kita.

Selamat belajar, selamat belajar memiliki kerendahhatian.

Rabu, 26 Agustus 2015

Ditengah kesibukan kita 'ia' tidak pernah meninggalkan kita


Ditengah kesibukan kita 'ia' tidak pernah meninggalkan kita.

Belajarlah dari alam, maka engkau akan memaknai hidup ini dengan mendalam dan banyak keindahan yang akan kamu rasakan.

Buku, pendidikan, sekolah, universitas, sekolah tinggi, atau kursus-kursus, semua itu baik adanya untuk menambah pengetahuan dalam diri kita. Akan tetapi ada satu Guru, Ilmu, atau Pengetahuan yang tak jauh penting, yang terkadang kita lupa akannya. Alam, itulah guru dan ilmu yang paling nyata yang ada di dekat kita. Seperti halnya gambar di atas, demikian indah ketika kita mampu menerjemahkan alam ini laksana pengetahuan. Belajar menjadi manusia yang unggul, berarti belajar menjunjung tinggi alam ini. Menjunjung keberadaannya ibarat pengetahuan yang sangat berharga.

Alam, Matahari, Bumi, dan isinya mengajarkan kita banyak hal. Seperti halnya matahari, ada satu hal yang sangat indah yang dapat kita terjemahkan darinya yaitu, 'ditengah kesibukan kita sebagai umat manusia, matahari 'ia' tidak pernah meninggalkan kita.' Alangkah indah ketika kita mampu menerapkan sifat seperti matahari di dalam kehidupan ini. Menerapkan bahwa, se-sibuk apapun kita, se-sibuk apapun pekerjaan kita, ada satu hal yang harus kita tidak tinggalkan, keberadaan manusia dan makhluk lainnya. Keberadaan mereka yang tak mungkin kita kucilkan, keberadaan mereka yang membuat semuanya berjalan dengan baik. Karena ingat! Tanpa dukungan banyak orang, tidak ada kita yang 'saat ini'. Jadi! se-sibuk apapun kita, ingatlah mereka yang telah berjasa bagi kita, ingatlah mereka yang berada di bawah kita.

Minggu, 23 Agustus 2015

Bahagia di dalam Dhamma adalah Bahagia Karena Melepas; Bukan Menggenggam

Bahagia di dalam Dhamma adalah Bahagia Karena Melepas; Bukan Menggenggam.

Banyak orang berbicara tentang kebahagiaan, menafsirkan arti dari kebahagiaan-kebahagiaan. Namun sesungguhnya apa arti kebahagiaan itu sendiri?

Kebahagian boleh saja orang mengartikannya, ketika memiliki ini dan itu, ketika mampu pergi kesana dan kamana pun, atau ketika kaya atau sukses. Buddhisme menyikapinya dengan hal lain.

Buddhisme memberikan pandangan, Bahagia adalah ketika melepas, bukan menggenggam, bukan memiliki, tetapi melepas, melepas, dan melepas. Bahagia karena melepas berarti bahagia karena tidak terikat. Tidak terikat akan suatu hal membuat kita tidak menderita, baik ketika kehilangan, atau ditinggalkan. Itulah kebahagiaan dalam Buddhis, kebahagiaan di dalam Dhamma.

Jumat, 21 Agustus 2015

Akan Ada Titik Terang di Dalam Kegelapan

Akan Ada Titik Terang di Dalam Kegelapan

Banyak orang selalu merasa gagal dan putus asa ketika dihadapkan pada suatu permasalahan, yang bahkan bisa membuatnya bunuh diri.

Di dalam kehidupan ini seseorang tidak pernah luput dari yang namanya masalah. Masalah selalu datang bergantian, selalu datang dan selalu kita tolak. Mengapa kita selalu merasa gagal dan putus asa ketika dihadapkan pada permasalahan? karena kita menolaknya. Hal pertama, terimalah masalah itu, biarkan ia datang, berikan kasih pada masalah itu. Hal kedua, yakinkan diri anda bahwa masalah itu dapat selesai. Merasa yakin dapat selesai karena kita melihat masalah-masalah yang lalu, masalah lain yang pernah datang dan berlalu, dengan demikian kita akan termotivasi untuk menghadapi masalah yang datang saat ini dan berusaha menyelesaikannya.

Ingat! Akan ada titik terang di dalam kegelapan. Akan ada jalan keluar di balik permasalahan yang ada. Tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan, yang ada hanya ketakutan kita sehingga tidak mudah berfikir bahwa masalah tersebut dapat diselesaikan. 

Kamis, 20 Agustus 2015

Apa yang kita lihat, belum tentu itu yang sesungguhnya


Apa yang kita lihat, belum tentu itu yang sesungguhnya.
- 20082015 -

Terkadang kita teralu dimanjakan oleh pemandangan yang dilihat, menjadi senang karena keindahannya, dan menjadi tidak senang karena apa yang dilihat adalah hal buruk. Melihat apa yang disenangi, kita melupakan sisi lain yang tidak menyenangkan. Melihat hal yang tidak disenangi, kita menjadi kecewa - kecil hati - putus asa, dan kemudian melupakan adanya hal indah di sisi lain.

Itulah mengapa dikatakan "apa yang kita lihat, belum tentu itu yang sesungguhnya." Pernyataan tersebut mengarahkan kita untuk melihat secara menyeluruh, melihat secara mendalam terhadap apa yang kita lihat - apa yang kita pandang. Melihat secara menyeluruh dan mendalam diiringi rasa kasih dan kepedulian (deep and compassion looking). Dengan demikian tidak akan ada kekecewaan, tidak akan ada keteralutan terhadap hal yang menyenangkan.

Ingat! Apa yang kita lihat, belum tentu itu yang sesungguhnya. Lihatlah secara menyeluruh, lihatlah dengan kebijaksanaan, jangan menilai dan menganalisa terlebih dahulu, tapi lihatlah dengan baik. Kita akan semakin menderita jika kita hanya berspekulai terhadap satu sisi. Tapi kita akan bahagia ketika kita tidak berspekulasi terhadap apa yang kita lihat.

KETAHUI SIAPA DIRIMU DAN BERIKAN REVOLUSI UNTUKNYA



KETAHUI SIAPA DIRIMU DAN BERIKAN REVOLUSI UNTUKNYA
(Mengulas Vajirupamasutta dan Pañca-anupubbikatha)
Oleh: Bhikkhu Guṇapiyo

Attānañce piyaṁ jaññā,
rakkheyya naṁ surakkhitaṁ
tiṇṇamaññataraṁ yāmaṁ,
paṭijaggeyya paṇḍito’ti

Bila orang mencintai dirinya sendiri,
maka ia harus menjaga dirinya dengan baik.
Orang bijaksana waspada selama tiga masa dalam kehidupannya.
(Dhammapada, Atta Vagga: 157)


Ada orang yang baik, ada orang yang kurang baik. Ada orang yang pintar, ada orang yang kurang pintar. Ada orang yang mudah diajar, ada juga orang yang kuang ajar. Ada wanita cantik, ada pria tampan. Ada yang kurang cantik atau tampan, ada juga sang sangat kurang cantik dan tampan. Keberagaman, perbedaan, dan uniknya satu dengan yang lainnya, itulah warna dari kehidupan ini. Setiap manusia, setiap makhluk, memiliki perbedaan masing-masing, sekalipun dia adalah anak kembar – kembar identik akan tetapi dalam hal sifat atau karakter keduanya pasti memiliki sifat yang berbeda. Sifat atau kebiasaan yang membedakan satu dengan yang lainnya, menentukan tingkat keberhasilan seseorang di dalam hidupnya, baik itu dalam hal kesuksesan materi atau batin (mental).

KEBAHAGIAAN KARENA MELEPAS



SEKILAS DHAMMA UNTUK MELEGAKAN DAHAGA
KEBAHAGIAAN KARENA MELEPAS
Oleh: Bhikkhu Guṇapiyo

Sabbehi me piyehi manāpehi nānābhāvo vinābhāvo
(segala miliku yang kucintai dan kusenangi wajar berubah, wajar terpisah dariku)


Kebahagiaan sejati bagi umat Buddha adalah kebahagiaan karena melepas. Kalimat pembuka tersebut mungkin dapat menjadi bahan perdebatan yang tak kunjung selesai, mengapa demikian? Karena tidak sesuai dengan pola kebiasaan. Sisi lain menyatakan, bahagia itu ketika memiliki ini dan itu, memiliki sesuatu atau sepuluhatu, yang pasti dapat memiliki apa yang diinginkan. Buddhisme memiliki cerita dan pola lain dalam menyatakan kebahagiaan sejati, bahkan menurut mata seorang Buddhis, lahir di alam surga pun! Belum termasuk dalam kebahagiaan sejati.

Melepas berarti tidak menggenggam, tidak melekati, tidak memeluk, tidak menyimpan terus menerus, dan tidak yang tidak-tidak. Mengapa tidak menggenggam atau melepas merupakan kebahagiaan sejati menurut Buddhisme? Mari kita awali dengan satu cerita.

Suatu pagi yang cerah, lari dengan bahagia seorang pemuda tampan bernama Rukkha. Ia sangat senang sekali, sangat bahagia, karena di pagi itu ia mendapatkan hadiah dari kedua orangtuanya. Hadiah ini sudah ia idam-idamkan lama sekali, sebuah gadget canggih keluaran terbaru, sebut saja Apem 6-. Anak muda mana yang tidak menginginkannya, semua ingin memilikinya, bahkan dengan segala cara. Berbeda dengan Rukkha, ia memperolehnya dengan cara susah payah, ia bekerja membantu kedua orangtuanya selama berminggu-minggu, menjaga toko dan melayani pembeli. Senangnya Rukkha saat itu tidak bisa dituliskan atau digambarkan, ia sangat mengagumi barang tersebut, ia sangat bangga dengan perolehannya, hingga tidak sadar.... ia menderita, ia takut, ia sedih, ia merasa tidak aman, kenapa? Rukkha enggan membuka bungkus plastiknya, enggan membuka kardusnya, bahkan ia enggan menggunakannya. Ia teralu senang, ia teralu bangga, sampai ia takut barang itu rusak, dicuri, dipinjam, di.. di.. di... dan jadilah ia menderita.

Minggu, 12 April 2015

Program Pabbajja Samanera & Latihan Atthasilani Sangha Theravada Indonesia 2015


Leaflet Pesan Waisak 2559/2015 Sangha Theravada Indonesia



Pesan Waisak 2559TB/2015 Sangha Theravada Indonesia



SAṄGHA THERAVĀDA INDONESIA
Pusdiklat Buddhis Sikkhadama Santibhumi, BSD City Sektor VII Blok C Nomor 6, Tangerang Selatan 15321.
Telp (021) 53167061, Faks. (021) 53156737.
Vihara Mendut, Kotakpos 111, Kota Mungkid 56501. Telp / Faks (0293) 788564.

PESAN WAISAK 2559/2015

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa

Dhammaṃcare sucaritaṁ, Na naṁ duccaritaṁ care
Dhammacārī sukhaṁ seti, Asmiṁ loke paramhi ca
(Dhammapada 169)

Sepatutnya ia melaksanakan Dhamma dengan baik, tidak melaksanakan dengan buruk.
Ia yang senantiasa melaksanakan Dhamma, akan berbahagia di dunia ini dan
di dunia lain.

            Hari Trisuci Waisak memperingati tiga peristiwa suci dalam kehidupan Guru Agung Buddha Gotama, yaitu: kelahiran Siddhartha Gotama calon Buddha, pencapaian Pencerahan Sempurna Buddha, serta kemangkatan Guru Agung Buddha. Tiga peristiwa suci itu terjadi pada hari yang sama, yaitu hari purnama sidi, bulan Waisak, dengan tahun yang berbeda-beda: kelahiran calon Buddha tahun 623 SM di Kapilavasthu, India Utara; Pencerahan Sempurna tahun 588 SM di Bodhgaya, India; dan Buddha mangkat tahun 543 SM pada usia 80 tahun, di Kusinara, India. Hari Trisuci Waisak 2559 tahun ini jatuh pada tanggal 2 Juni 2015. Seluruh umat Buddha di dunia memperingati Trisuci Waisak dengan laku puja bakti, meditasi, pendalaman Dhamma ajaran Buddha, serta kegiatan-kegiatan sosial-budaya Buddhis lain.

            Saṅgha Theravāda Indonesia mengangkat tema Trisuci Waisak 2559/2015: Dhamma Melindungi yang Melaksanakan. Dhamma ajaran Buddha meliputi tiga aspek, yaitu: pelajaran, pelaksanaan, dan pengalaman. Pelajaran Dhamma terdapat dalam kitab suci Tipitaka yang memuat kebenaran-Dhamma dan kemoralan-Vinaya, sedangkan pelaksanaan Dhamma adalah praktik kesusilaan (moral), praktik keteguhan pikiran (meditasi), dan praktik kebijaksanaan dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman Dhamma adalah hasil praktik kesusilaan, keteguhan pikiran, dan kebijaksanaan, yang berupa lenyapnya penderitaan.

Pesan Waisak Sangha Theravada Indonesia 2559 TB/2015


Selasa, 07 April 2015

Program Pabbajja Sāmaṇera Dan Latihan Aṭṭhasīlani Saṅgha Theravāda Indonesia Tahun 2015


*Note:
  • Untuk info lebih lengkap dan persyaratan peserta silakan menghubungi nomor telepon masing-masing wihara penyelenggara, atau dapat mengunjungi website resmi SaṅghaTheravāda Indonesia. 

sumber: www.sanghatheravadaindonesia.or.id

Program Upasaka-upasika Atthasila (Wisma Vipassana Kusalacitta - Kota Bekasi)



Weekend Meditation (Wisma Vipassana Kusalacitta - Kota Bekasi)


PELAKU KEBAJIKAN AKAN BERBAHAGIA DI KEDUA ALAM


PELAKU KEBAJIKAN AKAN BERBAHAGIA DI KEDUA ALAM
(Empat Cakka)

Oleh: Sāmaera Yogi Guṇavaro Guṇapiyo

“Dhamma care sucarita,
na na duccaritaṁ care;
Dhammacārī sukhaṁ seti,
asmiṁ loke paramhi ca’ti.”

Hendaklah seseorang hidup sesuai dengan Dhamma
dan tak menempuh cara-cara jahat.
Barang siapa hidup sesuai dengan Dhamma,
maka ia akan hidup bahagia di dunia ini maupun di dunia selanjutnya.
(Dhammapada: 169 – Loka Vagga)



            Apa yang telintas di dalam pikiran kita saat mendengar kata ‘kebahagiaan’ dan ‘kebajikan’? Apakah keduanya dapat dipisahkan? Atau?
            Kebahagiaan dan kebajikan adalah dua hal yang saling menopang satu dengan yang lainnya. Kebahagiaan, kebahagiaan bukan lah hal instan, kebahagiaan yang dapat kita rasakan merupakan hasil dari kebajikan yang telah kita lakukan, dilakukan sebelumnya. Ketika seseorang membantu orang lainnya, orang lain tersebut merasa bahagia dan berpuas hati, kebahagian yang dapat kita rasakan dari kebajikan tersebut adalah, ketika kita mampu melihat orang yang kita bantu merasa bahagia dan menikmati pemberian kita. Demikian pula dengan kebahagiaan, kebahagian yang kita rasakan merupakan suatu kondisi yang baik, yang dapat mendorong kita untuk berbuat baik lagi, lagi dan lagi. Dengan kata lain, ketika seseorang melakukan kebajikan dan kemudian berbahagia atas hasil yang diperoleh, orang tersebut di dorong untuk kembali melakukan kebajikan dengan kebahagiaan yang tengah ia rasakan.

Selasa, 17 Februari 2015

Sutta Pitaka


1. Digha Nikaya (By Dhammacitta www.dhammacitta.org) - B.Indonesia
2. Majjhima Nikaya (By Dhammacitta www.dhammacitta.org) - B.Indonesia
3. Samyutta Nikaya
    a. Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (By Dhammacitta www.dhammacitta.org) - B.Indonesia
    b. Samyutta Nikaya 2 – Nidana Vagga (By Dhammacitta www.dhammacitta.org) - B.Indonesia
    c. Samyutta Nikaya 3 – Khanda Vagga (By Dhammacitta www.dhammacitta.org) - B.Indonesia
    d. Samyutta Nikaya 4 – Sayalatana Vagga (By Dhammacitta www.dhammacitta.org) - B.Indonesia
    e.  Samyutta Nikaya 5 – Maha Vagga  (By Dhammacitta www.dhammacitta.org) - B.Indonesia
4. Anguttara Nikaya - B.Inggris (Bhikkhu Bodhi - Wisdom Publication, Boston)
5. Khuddaka Nikaya


Embun - Segera Terbit



Tentang Maghapuja

Ilustrasi suasana magha

Māghapūjā adalah salah satu hari raya umat Buddha. Hari raya ini memperingati peristiwa agung yang hanya terjadi dijaman Buddha. Peristiwa Māghapūjā ini diawali ketika Sang Buddha berada di Taman Tupai, hutan bambu Veluvana-arama, di kota Rajagaha pada bulan Magha. Pada saat yang sama Sang Buddha dikunjungi oleh para Bhikkhu yang telah mencapai tingkat kesucian Arahat dan memiliki beberapa kemampuan abhinna. Dengan keinginan sendiri dan tanpa saling memberitahukan terlebih dahulu satu dengan yang lain, Mereka masing-masing pergi untuk mengunjungi Sang Buddha. Pertemuan tanpa disengaja oleh para Bhikkhu Arahat di Taman Tupai itu dihadiri dalam jumlah mencapai 1250 orang Bhikkhu. Pada kesempatan itu Sang Buddha mengadakan uposatha dan melakukan Ehi Bhikkhu Upasampada kepada mereka, yaitu pentabisan bhikkhu dengan memakai ucapan Ehi Bhikkhu (datanglah, O, para Bhikkhu). Setelah mengadakan Ehi Bhikkhu Upasampada selanjutnya Beliau memberikan pembabaran Ovādapāṭimokhā kepada Mereka. Pertemuan Agung para Bhikkhu Arahat tersebut dinamakan Caturangasanipata, yaitu pertemuan akbar yang didukung oleh 4 (empat) faktor peristiwa utama yang istimewa, yaitu :
  1. Berkumpulnya para Bhikkhu yang berjumlah 1250 orang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
  2. Mereka semuanya telah mencapai tingkat kesucian dan memiliki kemampuan abhinna.
  3. Mereka ditabiskan dengan memakai ucapan Ehi Bhikkhu.
  4. Sang Buddha membabarkan Ovadapatimokkha kepada Mereka.

Ovādapāṭimokhā merupakan salah satu Dhamma yang sangat diminati oleh para Bijaksana, yang ingin melaksanakan kedisiplinan dalam bersila, terutama diminati oleh seorang Bhikkhu yang sedang melaksanakan kehidupan suci. Berikut isi tiga syair Ovādapāṭimokhā:

Khantī paramaṁ tapo tītikkhā

nibbānaṁ paramaṁ vadanti buddhā

na hi pabbajito parūpaghātī

samaṇo hoti paraṁ viheṭhayanto.

Kesabaran adalah cara bertapa yang paling baik.
Sang Buddha bersabda : Nibbanalah yang tertinggi dari segalanya.
Beliau bukan pertapa yang menindas orang lain.
Beliau bukan pula pertapa yang menyebabkan kesusahan orang lain.


Sabbapāssa akaraṇaṁ

Kusalassūpasampadā

sacittapariyodapanaṃ

etaṁ buddhāna sāsanaṁ

Janganlah berbuat kejahatan
Perbanyaklah perbuatan baik
Sucikan hati dan pikiranmu
Itulah Ajaran semua Buddha


anūpavādo anūpaghāto

pātimokkhe ca saṃvaro

mattaññutā ca bhattasmiṁ

pantañca sayanāsanaṁ

adhicitte ca āyogo

etaṁ buddhāna sāsananti

Tidak menghina, tidak melukai
Mengendalikan diri sesuai dengan tata-tertib.
Makanlah secukupnya
Hidup dengan menyepi.
Dan senantiasalah berpikir luhur.

Pada sumber lainnya, di Kitab Buddhavaṁsa terdapat beberapa cerita mengenai māghapūjā pada masa Buddha-buddha yang lampau, diantaranya meliputi jumlah Bhikkhu Arahat yang hadir dan berapa kali pelaksanaannya, berikut adalah datanya:
  1. Buddha Vipassī: 3x Māghapūjā (1) 6,8 juta; (2) 100rb; dan (3) 80rb bhikkhu Arahat 
  2. Buddha Sikhi: 3x Māghapūjā (1) 100rb; (2) 80rb; dan (3) 70rb bhikkhu arahat
  3. Buddha Vessabhu: 3x  Māghapūjā (1) 80rb; (2) 70rb; dan (3) 60 rb bhikkhu arahat
  4. Buddha Kakusandha: 1x  Māghapūjā 40rb bhikkhu arahat
  5. Buddha Kassapa: 1x  Māghapūjā 20rb bhikkhu arahat
  6.  Buddha Gotama: 1x Māghapūjā1250 bhikkhu arahat

Buku Selalu Ada Jalan by Samanera YG Gunapiyo


Di awal tahun 2015, Peace Within Publisher menerbitkan buku dengan judul "Selalu Ada Jalan", buku ini merupakan buku pertama yang ditulis oleh Samanera Gunapiyo. Samanera Gunapiyo merupakan Samanera dibawah asuhan Sangha Theravada Indonesia yang telah menempuh pendidikan di Lembaga Pendidikan Sangha Theravada Indonesia, yang berlokasi di Vihara Mendut Kota Mungkid, Magelang - Jawa Tengah.

Buku ini berisikan beberapa artikel yang telah ditulis oleh Samanera Gunapiyo. Penggunaan bahasa yang ringan memudahkan para pembaca untuk memahami Dhamma yang telah Guru Agung Buddha paparkan. Isi dari keseluruhannya sangat erat dengan kehidupan sehari-hari, terlebih sebagai seorang perumahtangga, dimana permasalahan selalu hadir dan ada pada kehidupan ini, untuk itu buku ini diharapkan dapat membantu para pembaca keluar dari segala macam permasalahan yang ada. Sumber dan referensi dari penulisan buku ini sudah disajikan dengan jelas didalamnya, sehingga mempermudah para pembaca untuk mencari sumber aslinya, dan memperjelas apa yang kurang jelas.

Bagi para pembaca yang ingin memiliki buku ini dapat langsung menghubungi "Peace Within Publisher" di email: peacewithin.publisher@gmail.com atau di 0821-3621-7447 (Anggita). Atau bagi yang ingin membacanya langsung, tanpa harus menghubungi, bisa download langsung file pdf dari buku ini di free download SAJ_PDF.

Terima kasih semoga bermanfaat
Semoga semua makhluk hidup berbahagia
Salam Metta,

Samanera YG Gunapiyo