Oleh: Sāmaṇera Yogi Guṇavaro Guṇapiyo
Imasmiṁ sati idaṁ hoti;
imassa upādā idaṁ uppajjati.
Imasmiṁ asati idaṁ na hoti;
imassa nirodhā idaṁ nirujjhati.
“Dengan adanya ini maka ada
itu; dengan munculnya ini muncullah itu.
Dengan tidak adanya ini; maka
tidak ada itu.
Dengan lenyapnya ini;
maka lenyaplah itu.”
Stres sudah menjadi hal yang
wajar datang pada setiap orang. Pengalaman seseorang mengenai stres beragam,
ada yang stres karena belajar, ada yang stres karena pekerjaan, ada yang stres
karena rumahtangga, ada juga yang stres karena tidak diperhatikan, stres yang
tertinggi adalah stres karena tidak mendapatkan orang yang kita cintai, orang
bilang bisa gak makan tiga hari tiga malam. Stres dalam ilmu psikologi dan kedokteran merupakan istilah teknik yang
didefinisikan sebagai kekuatan pada suatu bidang. Dalam bukunya yang berjudul Psychology and Life, Philip Zimbardo
mengatakan ada empat level yang berhubungan dengan reaksi seseorang terhadap
tekanan-tekanan tersebut. Keempat hal tersebut adalah: level emosi, level
prilaku, level fisiologis, dan lefel kongnitif. Respon emosi terhadap stres
meliputi kesedihan, depresi, dan kemarahan, bahkan frustasi. Respon prilaku
meliputi konsentrasi melemah, pelupa, dan produktivitas yang menurun. Respon
fisiologis meliputi ketegangan jasmani, sakit kepala, dan tekanan darah tinggi.
Respon pada level kongnitif meliputi kehilangan kepercayaan diri dan putus asa.
Buddhisme memandang stres yang terjadi pada manusia
bedasarkan pengamatan psikologis, disebabkan karena lima kondisi (nivarana), yang berarti rintangan.
Kelima hal itu sudah ada pada diri manusia sejak mereka dilahirkan dari rahim
seorang ibu. Semakin tebal kelima hal tersebut dalam diri seseorang, maka
semakin tebal juga stres yang mereka miliki, dan bahkan semakin sulit bagi
mereka untuk terlepas dalam stres. Ibarat orang menumpuk batu didepan pintu ― semakin banyak tumpukannya, maka semakin susah ia
untuk keluar melalui pintu tersebut. Jadi, besar kecilnya stres yang kita
miliki tergantung seberapa banyak kita menumpuk faktor stres tersebut. Kelima
kondisi tersebut adalah nafsu kesenangan indera (kāmachanda), kemarahan/kemauan jahat (Byāpāda), kelambanan (thinamiddha), kekhawatiran(uddhacca-kukkucca),
dan keraguan (vicikiccha). Lalu mengapa Buddhisme mengatakan kelima hal
tersebut sebagai faktor dari stres? Bayangkan saja, ketika seseorang selalu
bersenang-senang dengan kehidupan duniawi, teralu mengikuti keinginannya untuk
pemuasan nafsu ― sewaktu ia kehilangan
hal tersebut maka kemarahan muncul, ketika kemarahan ia muncul, ia mulai
mencari segala cara untuk mengembalikan kesenangan-kesenangannya. Masih tidak
bisa hal-hal itu untuk didapat ia akan tertekan, merasa stres dan tidak
memiliki semangat, akhirnya kelambanan akan menyelimuti kehidupannya, dalam
kelambanannya ia akan khawatir, khawatir bahwa kehidupannya akan tidak berwarna
kembali, khawatir kalau-kalau suatu saat ia tidak bisa berbahagia kembali,
tidak terpuaskan, alhasil dipenghujung kehidupannya apapun yang akan dilakukan
selalu dibarengi dengan keraguan. Terus lima hal tersebut akan terus berputar
tanpa terputus, saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Pernah anda
mengalaminya? Saya yakin tidak besar, namun kecil, anda pasti pernah
mengalaminya, mengalami stres dalam setiap kehidupan. Akan tetapi dalam
kehidupan ini tidak pernah ada jalan buntu, setiap jalan akan ada jalan
keluarnya, baik itu keluar dengan selamat atau malah semakin parah, yang
menentukan cuman diri kita masing-masing.
PEMBAHASAN
Lebih dari 2500 tahun yang lalu, tepat saat pemutaran
roda Dhamma yang pertama di bulan Āsāḷha, Buddha
telah memaparkan tentang empat kebenaran mulia (Cāttari-ariya-saccāni). Keempat hal tersebut adalah
kebenaran Ariya tentang penderitaan (dukkha-ariyasacca),
kebenaran Ariya tentang asal mula penderitaan (dukkhasamudaya-ariyasacca), kebenaran Ariya tentang musnahnya
penderitaan (dukkhanirodha-ariyasacca),
kebenaran Ariya tentang jalan menuju musnahnya penderitaan (dukkhanirodhagāminī-patipadā-ariyasacca). Keempat hal tersebut
yang akan membimbing atau menuntun seseorang menuju musnahnya penderitaan, akan
tetapi tentu dengan usaha gigih yang seseorang miliki untuk menjalankan, dan
menapaki keempat hal tersebut.
bagaimana
hubungan antara empat kebenaran Ariya dengan stres yang terjadi pada manusia
zaman sekarang? Yang pertama perlu dipahami adalah bahwa, empat kebenaran Ariya
sebagai pola seseorang untuk menghadapi stres atau permasalahan yang mereka
hadapi.
Dukkha-ariyasacca ― Hidup ini penuh
dengan ketidakpuasan, penuh penderitaan, penuh dengan stres, penuh dengan
permasalahan, dan tentunya penuh dengan cara untuk keluar dari semua
permasalahan yang ada. Tahu bahwa permasalahan ada pada setiap kehidupan
membuat kita cepat memahami stres muncul, sadar ketika stres datang. Tahu dan
sadar itulah yang dijadikan tahap awal untuk keluar dari stres. Terkadang dalam
kehidupan kita, kita bukan ingin keluar dari stres tetapi malah menikmati stres
yang sedang kita alami, berharap ada orang yang menaruh simpati, menaruh
perhatian akan stres kita. Sifat manusia “ingin selalu diperhatikan”. Jangankan
sadar dan tahu stres datang, sadar dan tahu dengan tangan mana anda mengambil
buku barusan saja, anda bisa lupa, betul? Untuk itulah sadar dan tahu kapan
stres datang sangat penting, karena akan mencegah stres berkembang pada diri
kita. Terutama anda harus sadar anda sedang stres, jauh lebih penting, agar
anda tidak memiliki respon berlebihan sampai nanti stres yang anda miliki musnah,
pergi, dan aman.
Dukkhasamudaya-ariyasacca ― Ya! Hidup penuh
dengan permasalahan, stres, dan ketidak puasan, tetapi semua bukan datang
dengan sendirinya tanpa suatu sebab, tanpa suatu dasar. Kebenaran Ariya yang
kedua yaitu bahwa segala sesuatu memiliki sebab, sebab terjadinya, sebab
datangnya. Dengan mengerti tentang kebenaran Ariya yang kedua ini, kita
diarahkan untuk menghadapi stres dengan mengetahui latar belakang stres itu
datang. Mengetahui sebab stres yang terjadi pada diri anda mengkondisikan agar anda
tidak mudah menyalahkan orang lain atas stres yang anda alami, atau menjadi
seorang yang emosional, beranggappan setiap orang sumber masalah, sumber stres,
sumber penderitaan yang terjadi pada diri anda. Ketika anda tidak menyalahkan
orang lain, anda diminta untuk diam, diam sesaat, merenungkan. Merenungkan darimana
stres yang anda alami datang, darimana permasalahan yang ada pada diri anda
datang, dan ketika sumber permasalahan ditemukan, ketakutan, keraguan, dan
kemarahan pada diri anda akan mengendap, mereda, dan menurun. Jadi untuk apa
anda stres tralu lama ketia anda dengan mudah mengetahui stres yang anda alami
berasal dari mana, kapan, dan karena apa. Masih mau anda stres? Atau sedang
stres?
Dukkhanirodha-ariyasacca ― Penderitaan, stres,
permasalahan, dan ketakutan dalam hidup bisa hilang, bisa musnah, dan bisa
sirna. Inilah kebenaran yang ketiga, bahwa segala permasalahan yang ada pada
kehidupan kita bukan semata-mata akan bertahan terus-menerus, tetapi bisa
musnah, bisa pergi, dan hilang, demikian juga dengan stres yang sedang kita
alami, semua akan berlalu, semua akan selesai. Anda tahu dan sadar kapan stres
datang, lalu tahu sebab terjadinya stres pada diri anda, semua itu bukan
berarti anda berlalut teralu lama dalam stres anda, atau malah semakin stres
karena tahu siapa si penyebab stres, bukan, bukan demikian yang di maksudkan.
Hal tersebut bertujuan agar anda sadar kembali, bahwa permasalahan dan stres
yang sedang anda alami akan terselesaikan, akan musnah, akan berlalu. Bukankah
dari anda kecil sampai sekarang anda selalu mengalami hal-hal yang tidak
menyenangkan? Tetapi apakah selalu berlangsung seperti itu sampai sekarang?
Tentu tidak, sedikit banyak kebahagiaan dan sukacita pasti ada dalam kehidupan
anda. Lulus SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi, tentu dirasakan dengan kebahagiaan,
dengan sukacita, memiliki pasangan hidup, pacar, isteri, atau suami, tentu
bahagia. Itulah suatu bukti bahwa tidak selamanya anda menderita. Anda menjadi
sangat menderita disebabkan ketika anda stres anda hanya memandang stres yang
ada, tetapi tidak pernah melihat stres itu berlalu, melihat stres yang lainnya,
yang pernah anda alami dan berlalu. Coba! Ketika anda stres, pikirkan stres
yang lainnya, yang pernah anda alami, setelah itu jadikan itu sebagai semangat,
sebagai motivasi pada diri anda, “dulu saya pernah stres, stresnya hilang,
sekarang? Saya juga bisa melalui stres ini seperti stres yang lalu.”
Demikianlah seharusnya anda memandang stres yang anda alami, stres akan berlalu.
Dukkhanirodhagāminī-patipadā-ariyasacca ― Stres, penderitaan, dan masalah yang anda alami bisa
hilang, bisa berlalu, dan bisa terselesaikan. Jika demikian ada jalan, dan ada
cara dimana anda dapat meniggalkan, menghilangkan, dan menyelesaikan stres yang
anda miliki. Buddha berkata dalam kebenaran Ariya yang terakhir ini bahwa,
adanya suatu jalan untuk menuju musnahnya penderitaan, adanya jalan dalam
menyelesaikan stres. Ketika anda mulai menyadari stres ada pada diri anda, lalu
sadar dan tahu darimana asalnya, kemudian sadar juga bahwa stres yang anda
alami akan hilang, dan yang terakhir anda akan menemukan cara atau jalan untuk
menyelesaikan stres anda. Dalam jalan menuju musnahnya penderitaan Buddha
mengatakan ada suatu jalan yaitu Jalan Mulia Berfaktor Delapan; Pandangan
Benar, perniatan benar, perkataan benar, perbuatan benar, penghidupan benar,
pengupayaan benar, penyadaran benar, dan pengheningan benar. Kedelapan jalan
tersebut dapat digunakan juga sebagai jalan menuju hilangnya stres yang sedang
anda alami. Misalnya pandangan benar yaitu, anda memahami segala sesuatu
sebagaimana adaya, ketika anda stres anda anda diminta untuk tidak menyalahkan
siapapun, tidak menuduh seseorang sebagai penyebab stres anda. Artinya stres
yang anda alami terjadi karena banyak faktor, bukan hanya dari diri anda atau
orang lain, tetapi lingkungan, keadaan, waktu, dan tempat juga mempengaruhi
stres yang anda alami. Itulan pandangan benar yang anda gunakan dalam
menghadapi stres. Banyak jalan ketika anda harus berhadapan dengan stres,
penyelesaian stres yang anda alami harus dilakukan dengan penuh penyelidikan,
penelaahan, dan peninjauan lebih dalam terhadap stres yang sedang anda alami,
ketika anda mampu menyelidiki dan memahaminya, anda akan menemukan jalan
keluar. Lain cerita saat anda stres, anda tidak mencoba untuk tenang, namun
anda malah emosional, emosi tidak terkendali, semua orang dimata anda salah,
kalau memang seperti itu stres tidak akan hilang malah bertambah, kenapa? Anda
tahu sendiri. Oleh karena itu selalu ada jalan menuju selesainya stres yang
anda alami.
KESIMPULAN
Dalam
pandangan ini Sang Buddha mengarahkan kita untuk merenung kembali, mencoba
diam, dan menyadari setiap permasalahan yang datang, tidak teralu responsip
ketika menerima permasalahan atau ketika menghadapi stres. Ketika tenang sudah
dirasakan kita akan dengan mudah menyelesaikan permasalahan dan stres tersebut,
dengan mudah akan melihat stres yang datang, lalu melihat dengan jelas sumber
dari stres yang kita alami, lalu tahu dan sadar stres tersebut pasti hilang dan
berlalu, dan terakhir kita akan menemukan cara untuk meninggalkan stres yang
kita alami. Dengan kata lain jika seseorang melatih diri untuk menjaga watak
yang tenang tidak teralu bergembira dan juga tidak teralu bersedih ketika
menghadapi suatu permasalahan, seseorang dapat menghindari banyak stres dan
menjalani sebuah kehiudpan sederhana dengan kedamaian dan kepuasan. Memiliki
watak yang tenang juga mendorong seseorang untuk selalu melihat kedalam diri
ketika menghadapi stres, melihat kedalam diri karena ketenangan itu sendiri
berasal dari dalam bukan dari luar, dan permasalahan yang ada besar kecilnya
dapat berkembang dapat berubah bedasarkan apa yang ada pada dalam diri kita.
Untuk itu keempat hal diatas dapat membantu anda semua menghadapi stres yang
sedang anda alami, sadari stres yang datang, caritahu sumbernya, kemudian
yakinkan diri anda bahwa itu akan berlalu, yang terakhir berusaha keras
menemukan cara atau jalan menyelesaikan stres yang anda alami. Semoga dengan
bacaan ini anda dapat terbantu menghadapi stres, dan semoga tidak stres untuk
mempelajari Dhamma, kurangi stres anda dengan banyak melihat kedalam. Salam
bahagia semoga anda benar-benar bahagia. Sadhu…
Sumber:
-
Kaharuddin, Pandit Jinaratana. 2004. Kamus Umum Buddha Dhamma (Pāli – Sansekerta – Indonesia). Tri Sattva Buddhist Center, Jakarta.
-
Bogoda, R, Susan
Elbaum Jootla, M.O’C. Walshe, Lily de Silva. 2013. Dhamma untuk Perumah Tangga. Vijjākumāra, Jakarta.
-
Vijjānanda, Handaka. 2013. Dharma untuk Anak. Ehipassiko
Foundation, Jakarta.
Maha Anumodana atas sharing Dhamma ini, sangat membantu saya yang sedang menghadapi depresi..
BalasHapus