Samana Sasana merupakan Blog yang dibuat untuk menampung beberapa artikel Dhamma, dimana dengan tersedianya artikel-artikel Dhamma baik ilmiah maupun ilmiah orang-orang yang ingin mempelajari Dhamma dapat manjadi lebih mudah, atau hanya untuk mendapat bahan-bahan pembicaraan bagi para pembicara muda. Semoga dengan hadirnya blog ini, dapat membawa manfaat dan kebahagaiaan bagi para pembaca.
Jumat, 31 Oktober 2014
Minggu, 12 Oktober 2014
Apa itu PINDAPATA?
Minggu, 12 Oktober 2014 -- Vihara Karangdjati Yogjakarta |
Kata Pindapata berasal dari bahasa Pali yang
artinya menerima persembahan makanan. Sedangkan yang disebut Patta adalah
sejenis mangkok makanan yang digunakan oleh para Bhikkhu/Bhikkhuni.
Pindapatta merupakan tradisi Buddhis yang telah dilaksanakan sejak zaman kehidupan Sang Buddha Gotama (bahkan sejak jaman para Buddha terdahulu) hingga saat ini, terus berlanjut hingga jaman Buddha-Buddha yang akan datang. Tradisi Pindapatta ini masih tetap dilaksanakan di beberapa negara, seperti Thailand, Kamboja, Myanmar dan Srilanka. Sedangkan di negara-negara lain termasuk Indonesia, tradisi ini sudah jarang dilaksanakan disebabkan banyak faktor yang tidak mendukung pelaksanaan kebiasaan ini. Seperti jumlah Bhikkhu yang tidak banyak, juga jumlah umat Buddha yang sedikit, dan banyak pula diantaranya yang tidak mengerti dan tidak mengenal tatacara tradisi Pindapatta ini.
Pindapatta dilaksanakan oleh para Bhikkhu/
Bhikkhuni dengan cara berjalan kaki dengan kepala tertunduk sambil membawa
Patta/ Patra (mangkok makanan) untuk menerima/ memperoleh dana makanan dari
umat guna menunjang kehidupannya.
Pemberian dana makanan kepada para
Bhikkhu/Bhikkhuni ini tidak sama dengan pemberian sedekah atau berdana kepada
seorang pengemis, peminta-minta, dan sebagainya. Dalam Pindapatta ini seorang
Bhikkhu/Bhikkhuni tidak boleh mengucapkan kata-kata meminta, tetapi umatlah
yang secara sadar dan ikhlas, serta semangat bakti memberikan/ mendanakan
makanan demi membantu kelangsungan kehidupan suci para anggota Sangha dan membantu
kelangsungan serta melestarikan Buddha Dhamma itu sendiri. Bagi para Bhikkhu/
Bhikkhuni sendiri, pindapatta ini merupakan cara untuk melatih diri hidup
sederhana/ prihatin, belajar menghargai pemberian orang lain, dan melatih Sati
(perhatian/kesadaran murni), serta merenungkan bahwa fungsi utama makanan
adalah untuk memenuhi kebutuhan badan jasmani agar tidak cepat sakit dan lapuk,
bukan untuk kesenangan dan mencari kenikmatan. Sedangkan bagi umat Buddha,
pindapatta ini merupakan ladang yang subur untuk menanam jasa kebajikan sebab
berdana kepada Mereka yang menjalani kehidupan suci merupakan suatu berkah yang
utama.(red.)
LATAR BELAKANG SOSIAL, AGAMA, DAN POLITIK DI INDIA PADA MASA BUDDHA HIDUP Mengacu pada Cankī Sutta – Majjhima Nikāya
LATAR BELAKANG SOSIAL, AGAMA,
DAN POLITIK DI INDIA
PADA MASA BUDDHA HIDUP
Mengacu
pada Cankī Sutta – Majjhima Nikāya
Oleh: Sāmaṇera Yogi Guṇavaro Guṇapiyo
Pendahuluan
Menjadi sesuatu yang sangat penting bagi suatu bangsa atau
bahkan agama untuk mengetahu latar belakang dari perkembangan bangsanya.
Terlebih lagi dalam hal ini untuk mengetahu latar belakang sosial, agama, dan
politik pada suatu bangsa, khususnya india. India sebagai negara asal dimana
Agama Buddha pernah berkembang memiliki latar belakang yang membangunnya. Pada
zaman dimana Buddha masih hidup India memiliki kehidupan sosial, agama, dan
politik yang berbeda dengan yang sekarang. Keadaan yang masih berupa kerajaan,
dan kental dengan budaya petapaan menjadi warna dalam kehidupan India pada saat
itu. Untuk meninjau latar belakang tersebut kita dapat melihatnya dalam
beberapa sutta yang telah Buddha
paparkan, salah satunya adalah cankī
sutta dari majjhima nikāya. Dalam
sutta tersebut kita dapat menemukan gambaran dari keadaan sosial, agama, dan
politik pada saat sutta itu
dipaparkan, atau pada masa dimana Buddha masih hidup.
Jumat, 03 Oktober 2014
Hubungan Sejarah antara Budaya Buddha dan Islam sebelum Kekaisaran Mongolia
Hubungan Sejarah antara Budaya Buddha dan Islam sebelum Kekaisaran Mongolia
Alexander Berzin, 1996
diperbaiki sedikit, Januari 2003, Desember 2006
diperbaiki sedikit, Januari 2003, Desember 2006
Bagian I: Khilafah Ummaiyyah (661 – 750 M)
1. Penyebaran Agama Buddha di Asia Tengah dan Wilayah-Wilayah Sekitarnya sebelum Kedatangan Bangsa Arab
Lama sebelum bangsa Arab membawa Islam ke Asia Tengah pada pertengahan abad ke-7 M, agama Buddha
telah berkembang di sana selama ratusan tahun. Perkembangan ini menonjol terutama di sepanjang
Jalur Sutra, yang menciptakan perdagangan antara India dan Han Cina, dan kemudian dari dua tempat
itu menuju Byzantium dan Kerajaan Romawi. Mari kita mengulas secara singkat penyebaran awal agama
Buddha ke wilayah-wilayah tersebut agar kita bisa memahami secara lebih baik latar belakang sejarah
yang ditemui agama Islam.
Geografi
Dalam kerangka wilayah geografis saat ini, wilayah-wilayah umat Buddha di Asia Tengah pada
berbagai masa meliputi:
- Kashmir pada masa pemerintahan India dan Pakisan,
- lembah-lembah gunung Pakistan utara seperti Gilgit,
- Punjab Pakistan, termasuk Lembah Swat, dan Afganistan timur di sebelah selatan Pegunungan Hindu Kush,
- Lembah Sungai Amu Darya di utara Pegunungan Hindu Kush, meliputi Turkistan Afgan di utara Sungai Amu Darya dan Turkistan Barat bagian selatan (Uzbekistan tenggara dan Tajikistan selatan) di utara sungai itu,
- Iran timur laut dan Turkmenistan selatan,
- daerah antara Sungai Amu Darya dan Syr Darya, yaitu Turkistan Barat bagian tengah (Uzbekistan timur dan Tajikistan barat),
- wilayah di utara Sungai Syr Darya, yaitu Turkistan Barat bagian utara (Kirgizstan dan Kazakhstan timur),
- Xinjiang (Sinkiang) selatan di Republik Rakyat Cina, yaitu wilayah selatan Turkistan Timur, di sebelah utara maupun selatan Gurun Taklamakan di sekeliling perbatasan Danau Tarim,
- Xinjiang utara, antara Pegunungan Tianshan (T’ian-shan) dan Altai,
- Wilayah Otonomi Tibet, Qinghai (Ch’ing-hai), Gansu (Kan-su) tenggara, Sinchuan (Sze-ch’uan) barat, dan Yunnan (Yün-nan) barat laut, semua di Republik Rakyat Cina,
- Mongolia tengah, di Republik Rakyat Cina, Republik Mongolia (Mongolia Luar), dan Republik Buryat di Siberia, Rusia.
Kamis, 02 Oktober 2014
3 Fenomena Langit di Awal Kathina 2558 EB
3 Fenomena Langit di Awal Kathina 2558 EB
Bhagavant.com
Jakarta, Indonesia – Perayaan Kathina di bulan Kattikā akan segera tiba. Awal perayaan Kathina yang tahun ini memasuki tahun 2558 Era Buddhis (EB) dan jatuh pada 8 Oktober 2014, akan disambut oleh 3 fenomena langit yang menarik.
Jakarta, Indonesia – Perayaan Kathina di bulan Kattikā akan segera tiba. Awal perayaan Kathina yang tahun ini memasuki tahun 2558 Era Buddhis (EB) dan jatuh pada 8 Oktober 2014, akan disambut oleh 3 fenomena langit yang menarik.
Penampakan bulan purnama yang selalu
menghiasi awal Kathina, tampaknya tahun ini untuk beberapa waktu cahanya
akan terhalang bayangan bumi. Dengan kata lain, akan terjadi gerhana
bulan total yang merupakan salah satu fenomena di awal perayaan Kathina
tahun ini. Pada saat itu bulan akan tampak suram dan berwarna kemerahan.
Ini merupakan gerhana bulan total kedua di tahun 2014 setelah
sebelumnya terjadi pada 15 April yang lalu.
Berdasarkan situs Badan Penerbangan dan
Antariksa Amerika Serikat – NASA, proses fenomena gerhana bulan yang
terjadi pada 8 Oktober 2014 akan berlangsung sejak pukul pukul 15.15 –
20.33 WIB. Sedangkan bulan akan tertutup secara total selama satu jam
yaitu mulai pukul 17.25 – 18.24 WIB. Puncak gerhana terjadi pada pukul
17.54 WIB.
Untuk di Indonesia, proses gerhana bulan
total ini akan lebih mudah dan lengkap dilihat dengan mata telanjang di
wilayah Indonesia Timur, karena kondisi langit yang telah gelap
dibandingkan dengan wilayah barat Indonesia yang masih senja. Sedangkan
wilayah Indonesia Barat hanya dapat melihat saat bulan tertutup secara
total.
Fenomena kedua yang akan muncul adalah
posisi planet Uranus yang akan mencapai jarang terdekat dengan Bumi dan
disinari secara penuh oleh Matahari. Ini berarti planet tersebut akan
terlihat terang dan dapat dilihat dengan mata telanjang pada 7-8 Oktober
2014. Meskipun dapat dilihat dengan mata telanjang, planet tersebut
hanya terlihat berupa titik biru kehijauan, kecuali dengan teleskop yang
sangat canggih. Demikian yang dilansir situs Sea and Sky.
Uranus sendiri merupakan planet ke-7
dari Matahari. Menariknya, nama Uranus diambil dari nama dewa langit
(angkasa) dalam mitologi Yunani kuno, Ouranos (Οὐρανός), yang secara
etimologi berasal dari kata “worsanos” dalam bahasa purwa-Yunani yang
diambil dari kata bendanya “warso”, yang dalam bahasa Sanskertanya adalah “varsa”
dan bahasa Palinya adalah “vassa”. Kesemuanya berarti “hujan”. Dan hal
ini sama dengan istilah retret musim hujan yang dilakukan para bhikkhu
sebelum perayaan Kathina, yaitu vassa atau varsa.
Fenomena yang ketiga adalah hujan meteor
Draconid yang akan pada kapasitas puncaknya pada 8-9 Oktober 2014.
Dikarenakan adanya cahaya bulan purnama saat itu, maka hujan meteor
Draconid akan sukar untuk diamati.
Hujan meteor Draconid terjadi dari debu komet 21P/Giacobini-Zinner yang terbakar di atmosfer bumi.
Perayaan Kathina sendiri merupakan sebuah perayaan sebagai tanda berakhirnya masa retret musim hujan (vassa) para bhikkhu yang dilaksanakan selama 3 bulan. Pada akhir masa vassa atau awal perayaan Kathina, para bhikkhu melaksanakan Pavarana, yaitu undangan bagi para bhikkhu untuk berkumpul bersama dan saling memberikan nasihat.
Dalam perayaan Kathina yang dilaksanakan di dalam batas rentang waktu sebulan sejak Pavarana, umat Buddhis melakukan berbagai kegiatan terutama memberikan persembahan jubah Kathina kepada Sangha.[Bhagavant, 2/10/14, Sum]
Langganan:
Postingan (Atom)
-
SAHABAT YANG BAIK DAN BIJAKSANA Oleh: Sāmaṇera Yogi Guṇavaro Guṇapiyo Sa c ce labhetha nipakaṁ sahāyaṁ saddhiṁ caraṁ sādh...
-
PEMIMPIN DALAM PANDANGAN AGAMA BUDDHA Oleh: S ā ma ṇera Yogi Guṇavaro Guṇapiyo “Yo sahassa ṁ sahassena sa ṅgāme mānuse jine ...
-
Minggu, 12 Oktober 2014 -- Vihara Karangdjati Yogjakarta Kata Pindapata berasal dari bahasa Pali yang artinya menerima persembahan ...