Oleh: Sāmaṇera Yogi Guṇavaro Guṇapiyo
Imasmiṁ sati idaṁ hoti;
imassa upādā idaṁ uppajjati.
Imasmiṁ asati idaṁ na hoti;
imassa nirodhā idaṁ nirujjhati.
“Dengan adanya ini maka ada
itu; dengan munculnya ini muncullah itu.
Dengan tidak adanya ini; maka
tidak ada itu.
Dengan lenyapnya ini;
maka lenyaplah itu.”
Stres sudah menjadi hal yang
wajar datang pada setiap orang. Pengalaman seseorang mengenai stres beragam,
ada yang stres karena belajar, ada yang stres karena pekerjaan, ada yang stres
karena rumahtangga, ada juga yang stres karena tidak diperhatikan, stres yang
tertinggi adalah stres karena tidak mendapatkan orang yang kita cintai, orang
bilang bisa gak makan tiga hari tiga malam. Stres dalam ilmu psikologi dan kedokteran merupakan istilah teknik yang
didefinisikan sebagai kekuatan pada suatu bidang. Dalam bukunya yang berjudul Psychology and Life, Philip Zimbardo
mengatakan ada empat level yang berhubungan dengan reaksi seseorang terhadap
tekanan-tekanan tersebut. Keempat hal tersebut adalah: level emosi, level
prilaku, level fisiologis, dan lefel kongnitif. Respon emosi terhadap stres
meliputi kesedihan, depresi, dan kemarahan, bahkan frustasi. Respon prilaku
meliputi konsentrasi melemah, pelupa, dan produktivitas yang menurun. Respon
fisiologis meliputi ketegangan jasmani, sakit kepala, dan tekanan darah tinggi.
Respon pada level kongnitif meliputi kehilangan kepercayaan diri dan putus asa.