8 Cara Menuju Kebahagiaan dan Kesejahteraan
pada Kehidupan Sekarang dan Kehidupan Mendatang
Oleh :
Sāmaņera Guņapiyo
“Utthiṭṭe nappamajjeya
Dhammaṁ sucaritaṁ care
Dhammacārī sukhaṁ seti
Asmiṁ loke paramhi ca.”
Bangun! Jangan lengah! Tempulah kehidupan dengan benar.
Barang siapa menempuh kehidupan benar,
Maka ia akan bahagia,
di dunia ini maupun di dunia yang akan datang.
(Dhammapada, Loka Vagga;168)
Kebahagiaan?
Kesejahteraan? Siapa makhluk atau orang di dunia ini, di alam apapun yang tidak
menginginkan kehidupan bahagia dan sejahtera, tentu semua menginginkannya,
bahkan para Dewa yang katanya terlahir di alam berbahagia masih
menginginkan kebahagaiaan begitu pula dengan para Peta yang jelas
terlahir di alam yang tidak berbahagia.
Kebahagiaan
dan kesejahteraan bisa menjadi tujuan yang sama bagi banyak makhluk, namun hal
tersebut bukan berarti membuat makhluk tersebut memiliki cara yang sama dalam
mencapainya, dan pada kenyataannya setiap makhluk memiliki cara tersendiri
dalam mendapatkan tujuannya.
Mengapa berbeda dalam caranya?
Setiap
orang masing-masing memiliki pandangan yang berbeda, pandangan yang berbeda
tersebut di dasari atas keyakinan dan pengetahuan yang orang itu miliki,
sehingga menjadi suatu pandangan hidup bagi orang tersebut. Selain itu faktor perbedaan
‘Kebahagiaan dan kesejahteraan’ yang setiap orang inginkan berbeda-beda dan
dengan sendirinya cara pandang mereka terhadap kebahagiaan dan kesejahteraan
itu sendiri menjadi berbeda. Salah satu contoh perbedaan pandangan mengenai
kebahagiaan adalah, ketika ‘A’ menyatakan bahwa bahagia itu ketika ia mampu
memiliki tabungan sebesar 10jt rupiah di tabungannya, maka ‘A’ akan bahagia
ketika mampu mencapainya, sementara dilain sisi ‘B’ menyatakan bahwa ia bahagia
ketika ia mampu memiliki tabungan sebesar 5jt rupiah di tabungannya, tentu sama
dengan ‘A’, ‘B’ akan bahagia ketika mampu mencapai hal tersebut. Namun yang
terjadi, ‘A’ tentu tidak akan setuju dengan konsep bahagia yang ‘B’ miliki,
karena apa yang menjadi kebahagiaan bagi ‘B’ tidak dapat memenuhi kebahagiaan
yang ‘A’ inginkan, itu hanya contoh dari beberapa pandangan seseorang mengenai
kebahagiaan.
Jadi,
merupakan hal wajar bahwa cara seseorang untuk mencapai kebahagiaan dan
kesejahteraan menjadi berbeda. Apakah cara dalam mendapatlkan kebahagian tersebut bisa
disamakan? Dan jika caranya sama apa hasilnya sesuai dengan yang diinginkan?
Bagaimana pandangan Agama Buddha mengenai kebahagiaan dan
kesejahteraan?
Bukan
hanya cara orang-orang yang berbeda mengenai kebahagiaan dan kesejahteraan,
Agama Buddha pun sama demikian,
memiliki cara tersendiri mengenai hal tersebut. Pandangan
Agama Buddha mengenai kebahagiaan dan kesejahteraan adalah ketika seseorang
mampu membersihkan kekotoran batin (Kilesa) yang ada pada diri mereka.
Apa kekotoran batin yang harus di hilangkan itu? kekotoran batin tersebut
adalah Lobha (keserakahan), Dosa
(kebencian), dan Moha (Kebodohan), dengan cara menghilangkan tiga
hal tersebutlah kebahagiaan sejati akan diperoleh. Bagaimana cara untuk
menghilangkan hal tersebut? Dengan cara mengembangkan Sila (kemoralan), Samadhi
(meditasi), dan paňňa (kebijaksanaan), maka padamnya atau hilangnya
kekotoran batin akan tercapai. Namun kebahagiaan yang dimaksudkan adalah
kebahagiaan tertinggi dan dapat dicapai melalui kebajikan-kebajikan yang banyak
dalam banyak kehidupan, pengumpulan parami dan tekad yang kuat akan
pencapaian tersebut. Apakah bisa kita
mencapai kebahagiaan tersebut? Tentu bisa.
Lalu bagaimana mengenai kebahagiaan untuk seorang
perumah tangga dalam saat ini, kehidupan ini dan waktu ini? Dalam
Dhammapada, Loka Vagga;168, Buddha mengatakan bahwa, “Ketika seseorang mampu
menjalani kehidupan benar, maka kebahagiaan akan tercapai, baik di dunia ini
(saat ini) maupun di dunia yang akan datang (kehidupan/masa yang akan datang)”
Apa yang dimaksud kehidupan benar untuk tercapainya
kebahagiaan dan kesejahteraan? Dan bagaimana cara yang Buddha ajarkan untuk
memperoleh hal tersebut?
Kehidupan
yang benar artinya dalah kehidupan yang sesuai dengan Dhamma, sesuai dengan
Dhamma berarti sesuai dengan apa yang Buddha ajarkan. Lalu apa yang Buddha ajarkan
bagi murid-muridnya mengenai pencapaian kebahagiaan dan kesejahteraan?
Dalam Angguttara
Nikaya kelompok IV, Buddha
menerangkan pada seoarang keluarga Koliya bernama Dīghajānu,
bahwa ada empat hal yang dapat menuntun seseorang mencapai kebahagiaan dan
kesejahteraan pada kehidupan sekarang dan empat hal yang dapat menuntun
seseorang mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan pada kehidupan yang akan
datang.
Empat hal yang menuntun seseorang mencapai kebahagiaan
dan kesejahteraan pada kehidupan saat ini:
1. Usaha Gigih (Utthana Sampada)
“… apapun yang dengannya seseorang perumah-tangga mencari
penghidupannya melalui cara apapun – ia terampil dan tekun; ia menyelidiki
cara-cara yang tepat, dan mampu bertindak dan mengatur segala sesuatunya dengan
baik. Ini disebut pencapaian usaha yang gigih.”
Artinya, ketika seseorang mempunyai usaha gigih, penuh
semangat dan tidak mudah putus asa, maka dengan usahanya sendiri juga tujuan
yang diinginkan akan tercapai, dan ketika tujuan tersebut tercapai maka
kebahagiaan dan kesejahteraan akan diperoleh. Tetapi, perlu ditekankan dalam
hal ini bahwa usaha gigih (utthana sampada) yang Buddha maksud adalah
usaha gigih yang dibarengi dengan pandangan benar, tidak salah cara-caranya dan
dilakukan dengan baik, seperti apa yang tertulis pada kutipan di atas. Lalu apa
itu pandangan benar dalam usaha gigih? Disini seseorang harus memiliki
pandangan bahwa apapun yang dilakukannya harus dilakukan dengan sebaik mungkin
atau trampil, tekun dan tentunya tidak merugikan orang lain, sehingga
menimbulkan kebahagiaan bagi si pelaku dan orang yang berada di lingkungannya.
Selain itu pandangan benar dalam usaha gigih ini mencangkup pandangan benar
dalam hal perdagangan, yaitu menghindari lima perdagangan salah yang terdapat
dalam AN V;177, yaitu menghindari perdagangan senjata, makhluk-makhluk hidup,
daging, minuman keras dan racun, dengan demikian ketika seseorang mampu
berpandangan sesuai dengan apa yang telah Buddha ajarkan, maka itulah yang
dinamakan pencapaian usaha gigih untuk tercapainya kebahagaiaan dan
kesejahteraan pada kehidupan sekarang.
2. Pencapaian Perlindungan (Araha Sampada)
“… seorang perumah-tangga mendirikan perlindungan dan
menjaga kekayaannya yang diperoleh melalui usaha bersemangat, yang dikumpulkan
oleh kekuatan lengannya, diperoleh melalui keringat di keningnya, kekayaan
benar yang diperoleh dengan benar, … .”
Dapat diartikan bahwa pencapaian perlindungan adalah
dimana seseorang mampu mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan ketika orang
tersebut mampu membangun perlindungan dan menjaga apa yang dimilikinya.
Sehingga ketika orang tersebut mampu melindungi apa yang diperolehnya, ia akan
merasa tenang dan damai tidak perlu takut dan khawatir apa yang dimilikinya
akan dirampas orang lain, selai itu tentu dengan apa yang orang itu lindungi
orang tersebut dapat melakukan kebaikan berdana dan membantu banyak orang
terutama terhadap keluarganya sendiri
dan orang lain pada umumnya, sehingga perlindungan yang ia bangun bukan semata-mata
sebagai bentuk kemelekatan terhadap apa yang ia miliki, namun setelah melakukan
perlindungan, merawat
dan menjaga apa yang ia miliki, lalu ia sadar bahwa dengan apa yang ia miliki
ia dapat membantu banyak orang agar orang yang ia bantu juga turut berbahagia
dan mendapatkan kesejahteraan, dan pada saat itu ia berlatih
untuk melepas, melepas dengan hal-hal
yang berguna bukan dengan sia-sia
seperti di hambur-hampurkan oleh ahli waris atau bahkan oleh dirinya sendiri.
Dengan seseorang telah memiliki usaha gigih dalam setiap pekerjaannya maka ia akan memperoleh
kebahagiaan, dan dengan pencapaian perlindungan terhadap apa yang dimiliki melalui usaha gigih
seseorang dapat memberikan perlindungan terhadap apa yang ia miliki sehingga
ia mampu berbagi
dengan cara yang baik tanpa menyia-nyiakannya.
3. Persahabatan yang Baik (Kalyanamitta)
“… ia
berbincang-bincang dengan mereka dan berdiskusi dengan mereka, ia meniru mereka
sehubungan dengan pencapaian mereka dalam hal keyakinan, disiplin moral,
kedermawanan dan kebijaksanaan, ini disebut persahabatan yang baik.”
Dari kutipan di atas yang Buddha katakan, dapat kita simpulkan bahwa ketika
kita mampu memposisikan diri kita untuk mengikuti dan mencontoh kebaikan
prilaku dan sikap seseorang pada saat itulah kita mampu menempatkan diri kita
dalam persahabatan yang baik. Persahabatan yang baik sangat penting peranannya
dalam pencapaian kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupan sekarang, salah
satu contoh; ‘A’ merupakan orang yang terlahir dari keluarga yang baik dan diajari tentang hal-hal yang baik, namun
dalam perjalanan kehidupannya ‘A’ tidak memiliki persahabatan yang baik,
lingkungan persahabatan yang ‘A’
cenderung mengarah kepada hal-hal yang tidak baik seperti bermain judi, minum
minuman keras sampai, pergi ke tempat-tempat yang tidak pantas hanya untuk
pemuasan nafsu. Dengan lingkungan yang ‘A’ miliki tentu tidak menutup
kemungkinan ‘A’ pada akhirnya ikut dalam lingkaran pergaulan tersebut meskipun dalam keluarga ‘A’
diarahkan dan dibesarkan dengan cara yang baik untuk melakukan hal-hal yang
baik, pergaulan yang ‘A’ miliki mengakibatkan kehidupannya menjadi tidak
bahagia dan sejahtera, setiap hari selalu terjadi masalah dalam kehidupannya dan dengan kondisi ‘A’ yang sudah
berumahtangga masalah itu pun turut merusak rumahtangganya, pasangannya
sesekali menjadi korban pelampiasan kekerasannya karena tidak
mendukung atau menolak pergaulannya, lalu
bagaimana dengan anak-anaknya?
anaknya juga hidup dalam masalah tersebut dan bukan hal aneh
jika anak tersebut akan menjadi seperti orangtuanya, karena anak itu hidup dalam kondisi dan keadaan
seperti itu maka ia merekam dan menganggapnya itu wajar sehingga terpola pada
anak tersebut. Apakah kebahagiaan dan kesejahteraan ada pada keluarga ‘A’, apa ia telah
mencapai apa itu kebahagiaan dan kesejahteraan? Tentu tidak,
sebaliknya ketika ‘A’ mampu memiliki persahabatan yang baik, yang mampu
membimbing dan mengarahkan pada hal-hal yang baik, maka kebahagaiaan dan
kesejahteraan dapat ia capai melalui hal tersebut, dan itulah yang dinamakan
pencapaian persahabatan yang baik dalam memperoleh kebahagiaan dan
kesejahteraan pada kehidupan sekarang.
4. Kehidupan Seimbang (Samma Jivita)
“…
bagaikan seorang pandai emas atau muridnya, memegang timbangan, mengetahui, ‘dengan
sebanyak ini timbangan akan turun, dengan sebanyak ini timbangan akan naik,’
demikian pula seorang perumah-tangga mengarah pada kehidupan seimbang.”
Mengetahui seberapa banyak timbangan naik dan turun, artinya tahu kapan kita harus
menambahkan beban agar timbangan yang satunya turun dan kapan kita harus
mengurangi beban agar timbangan yang satunya naik. Sama halnya seseorang
mengetahui pendapatan serta
pengeluarannya dan mengarahkan pada kehidupan yang seimbang, tidak berlebihan
tidak juga sampai kekurangan, tidak boros juga tidak pelit, sehingga pengeluarannya melebihi pendapatannya. Seseorang
diarahkan untuk selalu mengetahui mana kebutuhan yang dirasa perlu dan mana keinginan yang disertai
nafsu-nafsu pemuasan, keinginan yang berlebihan yang disertai nafsu pemuasan
tidak lah mengarahkan kita menuju pada kebahagiaan dan kesejahteraan, karena
dengan hal demikian akan membuat kita menjadi tidak seimbang dalam hal
kehidupan, salah satu contoh; ‘A’ memiliki pendapatan 5jt per-bulan, ia ingin
membeli handphone dengan harga 4,5jt, dengan pendapatan yang ‘A’ miliki bisa
saja ‘A’ mencapai apa yang diinginkannya, tetapi akibat dari itu ‘A’ akan
kekurangan dalam kebutuhan yang lainnya, disini keinginan dan kebutuhan hidup
menjadi tidak seimbang dan akan membawa tidak tercapainya kebahagiaan dan
kesejahteraan bagi ‘A’ pada kehidupan sekarang. Dengan demikian itu tidak dapat
dikatakan sebagai kehiudpan seimbang yang mengarah pada pencapaian kebahagiaan
dan kesejahteraan.
Empat
hal di atas merupakan empat hal yang akan membuat seseorang mecapai kebahagiaan
dan kesejahteraan pada kehidupan sekarang. Lalu seperti apa yang telah
diuraikan di atas, ada empat hal lagi dalam pencapaian kebahagiaan dan
kesejahteraan bagi seseorang dalam kehidupan yang akan datang, empat hal itu
adalah:
1. Saddha (Keyakinan)
Buddha menjelaskan, bahwa seseorang yang memiliki
keyakinan akan memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan pada kehidupan
mendatang. Lalu apa keyakinan yang dimaksudkan oleh Buddha?
Disini
seseorang memiliki keyakinan; ia menempatkan keyakinan dalam pencerahan Sang
Tathāgata, seperti apa yang terkandung dalam Buddhanussati: ‘Demikianlah
Sang Bhagavā adalah seorang Arahant, tercerahkan sempurna, sempurna dalam
pengetahuan sejati dan prilaku, sempurna menempuh sang jalan, pengenal seluruh
alam, pemimpin yang tanpa bandingannya, guru para dewa dan manusia, Yang
Tercerahkan, Sang Bhagavā.’ Demikian seseorang yang memiliki keyakinan terhadap
sifat-sifat pencerahan Buddha akan mencapai kesempurnaan dalam keyakinan.
2. Sīla
(Kemoralan)
Dengan
memiliki kesempurnaan dalam kemoralan seseorang akan memperoleh kebahagiaan dan
kesejahteraan pada kehidupan mendatang. Lalu apakah kesempurnaan dalam
kemoralan itu? Ketika seseorang mampu menghindari pembunuhan makhluk hidup atau
menghancurkan kehidupan, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan,
menghindari hubungan seksual yang salah, menghindari ucapan tidak benar atau
kebohongan, menghindari anggur, minuman keras dan minuman memabukan yang
menjadi landasan kelengahan. Demikian lah hal yang harus disempurnakan dilatih
dan dihindari untuk pencapaian kesempurnaan dalam kemoralan, dan dengan
demikian maka kebahagiaan pada masa mendatang akan dicapainya, melalui praktik
moral yang baik dan terjaga sehingga tiada sesal dan hidup damai, dan ketika
ini menjadi hal bisa dalam hidup, menjaga moral dengan baik, maka ketika
meninggal pikiran-pikiran baik lah yang akan timbul dan mengkondisikan lahir di
alam yang lebih baik dengan buah dari apa yang telah dilakukan.
3. Caga
(kedermawanan)
Kedermawanan
merupakan sifat dimana seseorang mampu berbagi kepada orang lain dengan dasar
tanpa meminta timbal balik namun tulus, guna kebahagiaan untuk orang lain,
dengan begitu ketika seseorang mampu memiliki kedermawanan, tidak kikir, murah
hati, bertangan terbuka, gembira dalam melepas, tekun berdema dan senang
member, maka berkat kebaikan dari hal itulah yang akan mendorong orang tersebut
memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan pada kehidupan mendatang. Seperti
contoh umum yang sering digunakan, bahwa ‘barang siapa yang menanam benih, maka
ia akan memetik hasilnya ketika benih tersebut tumbuh dan menghasilkan buah
matang.’ Ini lah yang dinamakan pencapaian dalam kesempurnaan dalam
kedermawanan yang membimbing seseorang memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan
pada kehidupan mendatang.
4. Paňňa
(Kebijaksanaan)
Setelah
seseorang mampu mengembangkan dan menyempurnakan Saddha, Sīla dan
Caga maka hendaknya seseorang juga melengkapinya dengan menyempurnakan Paňňa
(kebijaksanaan) karena dengan dimilikinya kebijaksanaan oleh seseorang
dalam kehidupan, ia mampu melihat kedalam muncul dan lenyapnya fenomena, yang
mulia dan menembus dan mengarah pada kehancuran total penderitaan. Dengan
demikian seseorang dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan pada kehidupan
mendatang, bahkan kebehagiaan dan kesejahteraan tertinggi akan ia capai.
Kesimpulan
Dengan demikian walaupun tujuan seseorang berbeda mengenai kebahagiaan dan kesejahteraan, namun caranya dapat disamakan. Buddha telah memberikan pandangan atau cara yang benar untuk dilaksanakan dengan benar, guna memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan, bukan hanya pada kehidupan saat ini saja, namun jika diterapkan dapat membimbing untuk tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan pada kehidupan dimanasa mendatang. Untuk itulah kita diminta ‘bangun dan jangan lengah’, bangun dan jangan lengah disini berarti kita harus memiliki semangat kuat dan tekad kuat untuk tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan tersebut, dan memiliki kesadaran, waspadaan dalam setiap kehidupan kita, sehingga bila mana kita menemukan cara yang salah kita sadar akan cara salah itu dan mampu berbalik terhadap cara yang benar. Dan cara yang benar itu adalah ke empat hal yang sudah di bahas di atas ditambah dengan empat hal yang membimbing pada kelahiran dialam yang lebih baik untuk kehidupan yang akan datang. Oleh karena itu, usaha gigih saja tidak cukup tetapi usaha gigih yang disertai dengan pencapaian perlindungan, persahabatan baik dan kehidupan seimbang, barulah cukup. Dan perlu diingat, usaha gigih disini bukan disertai dengan nafsu yang berlebihan, namun disertai dengan Viriya yaitu semangat yang tak putus-putus namun tidak diiringi dengan nafsu berlebihan, artinya semangat ini adalah semangat yang harus dipertahankan.
Dengan demikian walaupun tujuan seseorang berbeda mengenai kebahagiaan dan kesejahteraan, namun caranya dapat disamakan. Buddha telah memberikan pandangan atau cara yang benar untuk dilaksanakan dengan benar, guna memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan, bukan hanya pada kehidupan saat ini saja, namun jika diterapkan dapat membimbing untuk tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan pada kehidupan dimanasa mendatang. Untuk itulah kita diminta ‘bangun dan jangan lengah’, bangun dan jangan lengah disini berarti kita harus memiliki semangat kuat dan tekad kuat untuk tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan tersebut, dan memiliki kesadaran, waspadaan dalam setiap kehidupan kita, sehingga bila mana kita menemukan cara yang salah kita sadar akan cara salah itu dan mampu berbalik terhadap cara yang benar. Dan cara yang benar itu adalah ke empat hal yang sudah di bahas di atas ditambah dengan empat hal yang membimbing pada kelahiran dialam yang lebih baik untuk kehidupan yang akan datang. Oleh karena itu, usaha gigih saja tidak cukup tetapi usaha gigih yang disertai dengan pencapaian perlindungan, persahabatan baik dan kehidupan seimbang, barulah cukup. Dan perlu diingat, usaha gigih disini bukan disertai dengan nafsu yang berlebihan, namun disertai dengan Viriya yaitu semangat yang tak putus-putus namun tidak diiringi dengan nafsu berlebihan, artinya semangat ini adalah semangat yang harus dipertahankan.
Sumber:
- Bodhi, Bhikkhu, trans. Kumpulan
Kotbah Sang Buddha dari Kanon Pāli: terjemahan dari In The Buddha’s Word An
Anthology of Discourses from the Pāli Canon. DhammaCitta, 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar