Kaloran, Temanggung (14/5)- Waisak 2558/2014 merupakan momen yang setiap tahunnya wajib umat Buddha rayakan, memperingati dan mengenang tentang tiga pristiwa penting dalam sejarah Agama Buddha, ketiga peristiwa tersebut adalah;
- Lahirnya Boddhisatta Pangeran Sidharta Gautama di Taman Lumbini.
- Boddhisatta Petapa Gautama mencapai pencerahan dan menjadi seorang Buddha di Buddhagaya.
- Parinibbana (mangkat) Buddha Gautama di Kusinara.
Dengan ketiga pristiwa tersebutlah umat Buddha diminta untuk tetap semangat dalam mempelajari dan memperaktikan Dhamma dan Vinaya. Kelahiran Boddhisatta diartikan sebagai adanya suatu harapan bahwa kehidupan manusia dapat menapaki jalan terangnya. Boddhisatta Petapa Gautama mencapai pencerahan diartikan bahwa Dhamma ajaran yang menuju pembebasan dari lenyapnya kotoran batin telah ditemukan, dan dengan Dhamma seseorang dapat menuju jalan terangnya atau pembebasan sejati. Terakhir Parinibbana atau mangkatnya Buddha Gautama diartikan sebagai bukti atas suatu prakti Dhamma yang luhur, yang tinggi, dan sungguh-sungguh, setelah mempraktikan dan mencapai nibbana, setelah meninggal akan padamnya seluruh bentukan-bentukan.
Pada Waisak 15 Mei 2014 ini, umat Vihara Dhamma Panna, Kalimanggis, Kec. Kaloran, Kab. Temanggung, memulainya dengan melaksanakan puja bakti penutupan SPD (Sebulan Penghayatan Dhamma) (14/5), acara tersebut diisi dengan Dhammadesana yang disampaikan oleh Samanera Gunapiyo, membahas tentang bagaimana menerapkan Tilakkana sebagai motivasi dalam menjalani kehidupan, penyampaian Dhamma tersebut di tekankan, dan mendorong umat agar mempelajari Dhamma dan berusaha menafsirkan Dhamma agar mudah dijalankan dan nyaman dalam kehidupan sehari-hari. Antusias umat yang hadir mencerminkan semangat mereka dalam mempelajari Dhamma yang telah Guru Agung Buddha sampaikan 2500 tahun yang lalu.
Menunggu acara detik-detik Waisak yang jatuh pada pukul 02.15 WIB 15 Mei 2014, umat umat Buddha Vihara Dhamma Panna mengisi waktu dengan mengadakan 'nonton bareng', acara nonton bareng yang hanya bermodalkan infocus dan laptop menjadi suatu kehangatan didalam suasana kaloran yang terbilang dingin. Menjadi suasana yang hangat karena semua orang dari muda sampai tua berkumpul untuk menyaksikan jalannya cerita dalam film tersebut. 'Tanda Tanya' ya, itulah film yang diputar dan ditonton oleh para umat, menceritakan tentang perbedaan agama yang disikapi dengan saling tidak menghargai satu dengan yang lainnya, sehingga menimbulkan konflik dan perpecahan, sesuai dengan tema Waisak STI (Sangha Theravada Indonesia) demikianlah isi dari film tersebut, bahwa dengan membangun sikap 'kerukunan' antar satu agama dengan agama lainya, maka 'keutuhan' dapat terbangun, bukan hanya antar agama melainkan dalam keluarga, dalam lingkungan, dan bahkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Tepat pukul 01.00 puja bakti menyambut detik-detik Waisak dimulai. Upacara dimulai dengan membacakan paritta Namakara Patha yang dipimpin oleh Samanera Gunapiyo, setelahnya dilanjut dengan permohonan Sila oleh umat. Setelah selesai memohon sila umat melanjutkannya dengan membaca Vaisakhapunnamipuja Katha yang dipimpin oleh Samanera (pali) dan terjemahan dalam bahasa Jawa oleh pemimpin puja bakti. Setelah selesai membacakan Visakhapunnamipuja Katha Samanera dan para Umat melanjutkannya dengan kegiatan pradakkina/pradaksina, mengelilingi Dhammasala sebanyak tiga kali searah jarum jam, dengan merenungkan sifat-sifat Buddha, Dhamma, dan Sangha. pukul 01.45 meditasi detik-detik waisak dimulai, diawali dengan pengarahan meditasi oleh Samanera Gunapiyo. Meditasi detik-detik waisak berlangsung selama 30 menit sampai dengan 02.20, dengan suasana tenang, hening, dan damai, setiap umat melangsungkan meditasi detik-detik waisak dengan penuh penyadaran, penuh ketenangan, merenungkan tentang Buddha, Dhamma, dan Sangha.
Demikianlah sampai pada pukul 03.00 upacara puja bakti detik-detik waisak berlangsung dengan ketenangan, berlangsung dengan kesungguhan yang kuat yang terpancar pada diri setiap umat yang hadir. Semoga dengan kedamaian yang ada pada upacara tersebut akan terus terbawa dan terbangun dalam kehidupan para umat Vihara Dhamma Panna, terlebih lagi terbangun dalam kehidupan luas masyarakat kalimanggis, kec. kaloran, kab. temanggung, dan pada umumnya untuk Bangsa Indonesia.
Sabbe satta bhavantu sukhitatta
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Kalimanggis, Kec. Kaloran, Kab. Temanggung
Jawa Tengah
15 Mei 2014
Samanera Gunapiyo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar